Wanita Sangat Cocok dengan Bisnis Franchise

Banyak yang mengakui awalnya iseng dan mengisi waktu. Tetapi, mereka kemudian terdorong sepenuh hati untuk mengembangkannya. Karena, wanita pun bisa terangsang dengan tantangan bisnis yang dihadapinya.

Pernah majalah franchise Indonesia melakukan survei yang menunjukkan bahwa jumlah wanita yang menjadi pengusaha di bisnis franchise sebagai  franchisee mencapai 34%. Fantastik. Jumlah itu sangat besar. 

Boleh jadi, hal itu menandakan wanita makin banyak yang masuk ke bisnis franchise. Menurut pengamat entrepreneurship, Jackie Ambadar, wanita cenderung menyukai bisnis yang lebih secure, yang faktor resikonya lebih kecil. Sedangkan bisnis franchise, memiliki sistem dan panduan dalam menjalankannya. Bisnis ini pun tidak banyak mengandung resiko, sehingga wanita lebih nyaman dan aman menjalankannya.

Selain itu, tidak sedikit para suami yang berusaha memberdayakan istrinya di bisnis franchise yang lebih aman. Sementara, dirinya masih tetap bekerja. Kecuali setelah berhasil, suami berani meninggalkan pekerjaannya dan fokus di bisnis keluarga yang ditangani istrinya.

Ketua AFI, Anang Sukandar juga tidak membantah, jumlah wanita di bisnis franchise sangat besar. Sebagian mereka yang terjun ke bisnis dengan mengorbankan uang simpanannya atau urunan dengan beberapa teman. Kebanyakan, kata Anang, wanita yang terjun ke bisnis franchis datang dari ibu rumah tangga, dan sebagian kecilnya masih single.

Dijelaskan, para wanita saat ini ingin memanfaatkan keadaan mereka, yakni mengisi wakltu luang atau kosong dengan berharap bisa memperoleh income tambahan sekligus coba-coba mencari pengalaman. 

Namun, sukses tidak tergantung kepada dia wanita atau laki-laki. Menurut Anang, kesuksesan para wanita sangat tergantung kepada keuletannya dan kecintaannya pada bidang yang dikerjakannya. Tergantung individunya masing-masing. Ada yang berpotensi, tekun, dan ulet, dan dia menyukai bidang pekerjaan itu tentunya dia lebih berhasil dibandingkan hanya ikut-ikutan,” kata Anang.  

Diakui Anang Sukandar, emosi wanita sering terbawa ke dalam bisnis. Sehingga wanita jauh lebih hati-hati. “Biasannya perempuan kan lebih emosi daripada laki-laki. Maka, perempuan lebih banyak hatinya, dengan demikian lebih menyenangi pekerjaannya,” katanya.

Memang, dari sisi jumlah, wanita lebih sedikit yang terjun ke dunia bisnis daripada pria.  Mungkin, kata Anang, faktor pendidikan lebih banyak dari kaum pria. Di kelompok masyarakat bawah, tandas Anang, pria lebih dipentingkan untuk sekolah daripada wanita.

Sebagian fakta di bisnis franchise, para wanita mendapatkan support dari suaminya atau keluarganya.  Menurut Anang, banyak para suami yang bekerja sebagai eksekutif memanfaatkan uang simpanannya untuk bisnis franchise istrinya. Dengan demikian, mereka punya dua sumber keuangan.

Ke depan, kata Anang, wanita akan semakin banyak yang terjun ke dunia bisnis franchise. Bukti sekarang, wanita yang sukses menjalankan bisnis baik sebagai franchisor maupun franchisee akan turut mengilhami banyak wanita di Indonesia untuk mengikuti mereka yang sudah lebih dahulu terjun di bisnis franchise.

Para wanita umumnya tertarik terjun ke bisnis franchise, karena usaha tersebut sudah jadi, tinggal menjalankannya saja sesuai dengan SOP. Artinya dia tidak usah bersusah payah dari nol yang faktor kegagalannya lebih besar. Karena itu, wanita sangat menyukai bisnis franchise.

Anang Sukandar tidak melihat kemampuan bisnis dari perspektif gender. Menurutnya, kemampuan bisnis lebih disebabkan oleh tingkat pendidikan dan kecerdasan masing-masing induvidu, bukan atas jenis kelamin.

Jackie Ambadar juga menilai, dalam bisnis franchise peluang bisa diraih siapa saja yang ingin berbisnis karena sudah memiliki standar operasional yang baku. Bisnis franchise pun, kata Jacky, sangat cocok bagi wanita. Sebab, dengan memilih bisnis franchise, wanita bisa mengatur waktu lebih fleksibel. Berbeda jika menjadi karyawan, mereka akan banyak menghabiskan waktu di kantor.  “Bayangkan, apabila wanita bekerja menjadi karyawan, kan harus berada dikantor tepat waktu, sementara pemilik usaha dapat lebih flexibel. Sehingga bisnis Franchise menurut saya memang pilihan yang sangat tepat khususnya untuk wanita,” katanya.

Selain itu, kata Jackie, wanita bisa lebih mengaktualisasikan dirinya sehingga membuka wawasan baru dan akan membentuknya lebih terbuka dan komunikatif terhadap keluarga. Tentu saja, akan ada income baru untuk keluarga. “ Sebagai pengusaha yang dituntut memiliki hubungan sosial yang baik, membuat wanita juga dapat menjadi orang tua dan istri yang baik, yakni dapat lebih memahami dan menghargai sulitnya mencari dan mengelola keuangan keluarga,” kata Jackie.

Namun disayangkan, wanita masih memiliki mindset yang underdog, tidak percaya bahwa mereka bisa berhasil. Faktor ini yang sebenarnya menjadi kendala bagi wanita untuk bisa sukses “Nah disini masalahnya, karena wanita pada umumnya memiliki ‘mindset’ yang ‘under dog,’ tidak percaya kalau mereka bisa berhasil,” ujar Jackie.

Apalagi, tambahnya, wanita yang terbiasa menjadi ibu rumah tangga. Mereka belum memiliki ketrampilan mengelola waktu (time management) mengelola uang (mengatur Cash Flow), dan membangun hubungan bisnis (nett working. Jika  kurang ada komitmen untuk menjalankan usaha, maka tidak akan berhasil.

Tetapi, lanjut Jackie, wanita sebenarnya diberikan kelebihan berbagai hak yang positif. Tetapi, banyak yang tidak terasah bahkan tenggelam. Wanita, tutiurnya, memiliki kemampuan berbicara dengan bahasa hati, sehingga wanita lebih mampu menjalin hubungan yang baik dan memberikan layanan yang lebih berkenan dihati pelanggan. 

Saat ini, meski peluang yang diberikan kepada wanita sudah sebanding, tetapi faktor kultural masih sedikit membelenggu. Banyak wanita yang ingin menjalankan usaha tetapi menghadapi banyak kendala dan tekanan. Bagi mereka yang sudah menjalankan usaha, terkadang masih mendapatkan tekanan baik dari keluarga maupun lingkungan, sehingga secara psikologis banyak wanita yang merasa terbebani, misalnya larangan dari suami untuk mengembangkan usaha. 

Padahal, wanita sebenarnya bisa dengan sepenuh hati berbisnis tanpa mengorbankan tanggung jawabnya dalam keluarga. “Wanita pengusaha dapat menemani anak atau suami setiap saat diperlukan, apalagi kalau mereka sakit.  Bahkn biasanya waktu bersama menjadi lebih berkualitas, karena menghargai kebersamaan, tidak bosan menjalankan hidup yang dari itu ke itu lagi, dari bangun tidur siapkan sarapan, antar anak ke sekolah, “ katanya.

Fenomena yang terjadi di bisnis franchise, banyak wanita yang berbisnis atas dasar inisiatif suami. “Saya melihat dari sisi positif sebagai pemberdayaan perempuan.  Bagaimana mereka jadi dapat mengelola usaha yang didukung oleh para suami. dengan demikian para wanita atau para istri dapat berkesempatan melakukan sesuautu sesuai keinginan atau minatnya,” katanya.

Dijelaskan, terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, franchise banyak diminati p[ara wanita karena bisnis ini memberikan kemudahan dan rasa aman, memberikan peluang atau kesempatan (opportunity) sekaligus kemantapan (security) karena kecilnya resiko kegagalan dibandingkan memulai usaha sendiri. “Umumnya masyarakat kita dibesarkan dengan kepercayaan untuk mencari rasa aman (secure) dibandingkan untuk mencari atau menerima tantangan.  Usaha Franchise mempertemukan keduanya dalam satu paket,” katanya.

Nyatanya, para wanita yang sudah terjun ke bisnis franchise umumnya berhasil gemilang. Memang, banyak yang mengakui awalnya iseng dan mengisi waktu. Tetapi, mereka kemudian terdorong sepenuh hati untuk mengembangkannya. Karena, wanita pun bisa terangsang dengan tantangan bisnis yang dihadapinya.

Rofian Akbar