

Kalau kita mendengar istilah CAPITAL, pasti pikiran kita melayang pada tanah, rumah, mobil dan property lainnya. Dekade lalu masih asing di telinga kita jika mendengar orang membicarakan Human Capital. Juga akan sangat terkejut jika ada yang berani mengatakan bahwa manusia sebagai intangible asset. Pasti orang sudah cenderung resisten dan merasa itu teori yang hanya di bicarakan di kuliah di kampus ekonomi saja. Belum terbukti secara finansial, begitu umumnya pemikiran praktisi bisnis dan wira usaha saat itu.
Memang harus diakui paradigma SDM yang sudah melekat di benak kita adalah sebagai cost centre. Setiap akhir bulan berdasarkan kesepakatan perjanjian kerja, pemilik usaha pasti harus menyediakan dana sebagai kompensasi atas semua jasa/usaha/tindakan yang telah dilakukannya untuk perusahaan selama sebulan penuh.
Baca Juga : New Spirit in Managing Human Capital di Tahun 2021
Tetapi sejalan dengan perubahan dunia yang semakin cepat dalam dekade ini, maka peran manusia sudah bergeser sebagai subyek dari setiap proses yang terjadi dalam setiap organisasi, termasuk juga dalam bisnis franchise. Dunia sekarang melihat bahwa ada pengetahuan (knowledge) yang dibawa oleh setiap individu yang berbeda-beda, yang jika digunakan secara tepat akan dapat berdampak secara signifikan terhadap kemajuan perusahaan.
Nilai inilah yang nanti akan disebut sebagai intangible asset. Masih ingat dengan Microsoft? Perusahaan tsb memiliki market value yang jauh lebih besar daripada nilai bukunya, karena manusia yang bekerja menggerakkan bisnis Microsoft itu benar benar menjadikan Microsoft menjadi salah satu perusahaan terkaya di dunia. Merekalah yang disebut salah satu intangible asset, dalam hal ini berupa human capital yang tidak ternilai bagi perusahannya.
Bagaimana dengan perusahaan franchise? Apakah perlu seorang franchisor membutuhkan human capital untuk membuat organisasinya bertumbuh dan berprestasi secara berkelanjutan? Apakah kita hanya cukup mengandalkan SOP(standard operation procedure) saja dan tetap meletakkan SDM kita sebagai obyek dari bisnis kita sendiri?
Jika kita ingin membangun bisnis franchise yang berkembang secara berkelanjutan, maka sang “ SDM” ini seyogyanya menjadi subyek yang akan menjalankan bisnis proses yang ada untuk memuaskan customer yang dibidik, dengan tujuan memberikan keuntungan bagi pemilik perusahaan nantinya. Setiap mengembangkan area baru, membuat inovasi produk atau service baru, menjalin kerjasama dengan mitra baru, melakukan gebrakan promosi, mapun memanfaatkan tehnologi baru; semuanya itu membutuhkan SDM anda sebagai subyek.
Hanya SDM yang bercirikan Human Capital yang mampu membuat bisnis Anda menjadi “berlian”. Setiap langkah yang dilakukan perlu ada proses pembelajaran dari setiap SDM kita yang bersifat terus menerus, mengingat organisasi akan secara strategis terus melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekelilingnya, baik perubahan tehnologi, regulasi, gaya hidup, trend, iklim, dll agar dapat tetap mempertahankan pertumbuhan kinerja perusahannya. Hanya yang mampu secara cepat, cekatan, dan akurat dengan sigap beradaptasi dan belajar dengan cepat mengejar perubahan yang diinginkan.
Tentu tidak semua SDM kita dapat menjadi Human Capital, perlu ada seleksi yang ketat dan sistem monitoring dalam menentukan kriterianya. Dalam bisnis franchise bisa saja dibuatkan kriteria tertentu untuk dapat di sebut sebagai Human Capital, misalnya harus memiliki dengan ciri-ciri sbb: memiliki sifat lincah/cekatan (agile), cepat (faster than competitors), mudah beradaptasi terhadap perubahan (adaptable), mandiri ( independent), akurasi yang tinggi (accurate) dll.
Jika kita membaca kisah sukses Jack Welch dalam membesarkan GE (General Electric), terlihat bagaimana cara dia yang terlihat sangat berbeda dalam mengelola SDMnya. Ada 3 pola nilai yang dibangun oleh Jack Welch agar dapat menggiring teamnya menjadi human capital sehingga mampu memenangkan persaingan dan menjadi pemain nomor satu di bidangnya. Pola tsb adalah kepercayaan diri, kesederhanaan dan kecepatan.
Kepercayaan diri memberikan keleluasaan para managernya untuk menerima gagasan dari luar dan menanggalkan semua ego pribadi. Ini menjadi modal untuk berani membuat langkah-langkah besar.
Nilai kesederhanaan menuntun para manager dan team untuk berpikir secara efektif dan efisien sehingga selalu berpedoman pada rencana sederhana namun memiliki sasaran yang sangat jelas dan terukur.
Nilai kecepatan memberikan pesan bahwa untuk memenangkan persaingan terhadap kompetitor, maka para SDM perlu membuat keputusan dengan cepat, tidak terlalu mempermasalahkan hal yang berbau formalitas serta mengabaikan hal hal yang sepele sehingga proses inovasi akan cepat berbuah dan segera diterima pasar.
Untuk dapat membentuk SDM yang mampu menjadi Human Capital dibutuhkan 5 (lima) bidang utama dalam pengelolaan sumber daya manusia yang perlu dibenahi secara konsisten dan mendapat dukungan dari top management dalam organisasi , yaitu : 1) Selection and recruitment; 2) Training and Development; 3) Reward and Benefit ; 4) Performance management dan 5) Industrial Relationship Management.
Jika perusahan franchise yang kita kelola misalnya bergerak dalam bidang makanan, maka dibutuhkan criteria seleksi kandidat yang cocok untuk mendukung bisnis process franchise bidang makanan untuk menjadi dasar recruitment.
Jika kita dapat menemukan orang yang tepat, baik dari potensi, value, kompetensi , maka akan sangat memudahkan kita untuk bekerjasama. Tetapi ini tidaklah cukup, tetap dibutuhkan struktur remunerasi dan penggajian yang jelas dan adil, maupun tunjangan dan insentif yang dapat meningkatkan semangat kerja positif dan sebagai dasar pengakuan atas prestasi dan kontribusi yang sudah dilakukan pada perusahaan. Dasar pemberian ini tentulah berdasarkan atas kinerja (performance ) yang diukur secara rutin, baik secara kualitatif ( performance appraisal) maupun kuantitatif (key performance indicator).
Sejalan dengan bertambah banyak jumlah karyawan dalam bisnis kita, dibutuhkan pengelolaan tersendiri untuk menjalin industrial relationship yang harmonis sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik dan akhirnya mendorong terjadinya saling percaya, yang akan berbuah pada kinerja, baik kinerja karyawan maupun kinerja organisasi.
Kelima bidang dalam manajemen sumber daya manusia ini perlu dilakukan secara sinergis sehingga dapat mencetak manusia dalam organisasi sebagai human capital yang menjadi key player dalam mengembangkan kinerja perusahaan dan mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan. Sinergi dalam konteks ini adalah sesuai (alignment) dengan proses bisnis yang sedang dilakukan dalam mendukung strategi organisasi yang ingin dicapai untuk dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan yang menjadi sasarannya, yang akhirnya tentu akan dapat meningkatkan kinerja finansial dari pemilik usaha.
Ir. Mirawati Purnama Msi.