Selalu Ada Pilihan

Selalu ada pilihan

Beberapa pewaralaba memilih untuk “tiarap” ketika melihat pewaralabaan bisnisnya tidak segera tinggal landas, atau ketika mengalami stagnasi di tengah pertumbuhannya. Mereka enggan untuk meneruskan ekspansi bisnisnya melalui jalur lain seperti buka sendiri, kerja sama bagi hasil dengan pemilik tempat, dan sebagainya. Sekali lagi, “Ekspansi bisnis bukan hanya dengan cara waralaba, selalu ada pilihan lain.”

Modal sendiri

Kendala klasik untuk berekspansi dengan buka sendiri alias modal sendiri adalah tidak cukup modal. Kecukupan modal ini kadang menjadi suatu misteri, karena tak jarang yang beralasan seperti ini sebenarnya punya tabungan cukup untuk modal usahanya. Meski demikian mereka enggan untuk mempertaruhkan tabungannya.

Bila Anda enggan untuk melakukan ekspansi dengan modal sendiri ketika waralaba Anda lambat tinggal landasnya, atau pertumbuhan jumlah terwaralaba mengalami stagnansi, maka pertumbuhan jumlah gerai Anda juga terhenti. Hal seperti ini bahkan akan berdampak pada makin sulitnya menjual waralaba Anda.

Pinjaman pada pihak ketiga

Tak jarang pula mereka yang terkendala modal ini memiliki mobil yang sudah terikat kewajiban membayar cicilan. Artinya, mereka membeli lunas, atau mereka sudah selesai mencicil kalau membeli secara kredit.

Beberapa pebisnis menjadikan mobil yang sudah tidak dalam ikatan kredit ini sebagai agunan untuk memperoleh pinjaman modal usaha. Asalkan dihitung secara cermat sisi keuangan dan resikonya, langkah seperti ini sah-sah saja. Bukankah pilihannya adalah menjual mobil untuk usaha, atau menjaminkan mobil untuk modal usaha.

Joint venture

Bila tidak ada modal dana segar maupun agunan untuk mendapatkan pinjaman, maka bisa dilakukan kerjasama berupa joint venture (JV). Resiko JV tentu saja konflik akibat perbedaan pendapat, atau beda visi kalau dari awal tidak dilakukan pembicaraan dan kesepakatan terkait visi, misi dan nilai inti perusahaan anda.

Kerjasama JV harus dibuat tertulis serta dibuat jelas hak dan kewajiban masing-masing pihak. Bila perlu, pihak yang mengoperasikan dan pihak yang “tidur” (investor pasif, silent partner) membuat kesepakatan anggaran operasional dan tata cara pembiayaan operasional bisnis tersebut. Hal ini untuk meminimalkan resiko konflik ketidaksepahaman terhadap pengeluaran biaya operasional di kemudian hari.

Sewa bagi hasil

Dengan modal angka penjualan yang meyakinkan, didukung oleh margin keuntungan bersih yang masih baik, Anda bisa mencoba menawarkan pola sewa bagi hasil kepada pemilik tempat. Biasanya pemilik tempat mengharapkan hasil yang lebih tinggi daripada sewa normal, misal 50% (atau mungkin lebih) di atas pasaran harga sewa di sekitar lokasi dengan pertimbangan karena biaya sewa tidak dibayar di muka. Persentase peluang itu biasanya diimbangi dengan adanya resiko bahwa nilai bagi hasil ini akan menjadi di bawah harga pasar.

Biasanya bagi hasil di sini menggunakan acuan hasil penjualan (omzet atau revenue). Hal ini untuk tidak memberikan hak kepada pemilik tempat melakukan audit terhadap seluruh operasional dan perhitungan laba rugi bisnis.

Prospek bisnis

Dari semua pilihan tersebut di atas, memang prospek bisnis Anda adalah faktor penentu langkah Anda. Bila Anda optimis dan bisnis yang Anda waralabakan benar-benar memiliki prospek baik, saya percaya Anda akan terus melakukan ekspansi dengan segala cara (yang halal).

Tapi ketika Anda sendiri ragu dengan prospek bisnis Anda, maka saya kira Anda tidak akan melakukan semua pilihan yang ada yang telah saya ungkap di atas.

Utomo Njoto

Senior Franchise Consultant dari FT Consulting

Website: www.consultft.com

Email : utomo@consultft.com