Samudra Hendra,Ciptakan Hotel Praktis dan Efisien untuk Garap Pasar Menengah yang Kian Seksi

Samudra Hendra,Ciptakan Hotel Praktis dan Efisien untuk Garap Pasar Menengah yang Kian Seksi

Pria yang satu ini berhasil mengembangkan konsep hotel yang praktis dan efisien untuk menggarap pasar menengah yang kian tumbuh dan disesaki generasi millennial.

Melihat meningkatnya pertumbuhan kelas ekonomi menengah Indonesia yang melahirkan generesi millennial yang instragramable, pria yang satu ini merasa terusik untuk membuat bisnis hotel yang mampu menggarap kebutuhan pasar tersebut. Kebetulan ia   punya pengalaman yang mumpuni di bidang property.

Pria bernama Samudera Hendra ini pun menggadeng rekan untuk mewujudkan proyek hotelnya. Maka berdirilah MaxOne Hotel pada tahun 2011 di daerah Sabang, Jakarta Pusat dengan luas bangunan 524 meter dengan luas tersebut bagaimana ia meutar otak untuk menjadikannya 87 kamar.

“Idenya membangun hotel yang efisien dan praktis. Kami tidak membangun budget hotel tapi value hotel, ketika itu masih sangat jarang sekali pemainnya. Kami namakan MaxOne Hotel,” jelasnya.

Pria yang akrab disapa Samudera ini bukan tanpa alasan membangun hotel yang efisien dan praktis. Dia melihat pertumbuhan kelas menengah di Indonesia sedang tumbuh pesat. “Mereka spending uangnya ke mal-mal, jalan-jalan, makan-makan. Ketika jalan-jalan pasti mereka butuh akomodasi karena traveling and accommodation itu dua sisi mata uang, dan mereka akan mencari hotel dengan value yang pas,” bebernya.

Seiring dengan semakin meningkatnya kelas menengah di Indonesia maka MaxOne Hotel pun dengan mudah diterima pasar menengah yang kini kian disesaki generasi millennial. Kini MaxOne Hotel telah berkembang menjadi sebuah group jaringan hotel dibawah naungan Milestone Pacific Hotel Group atau sering disingkat MPHG yang saat ini memiliki 35 hotel yang telah beroperasional. Mulai dari bintang satu, dua, tiga, empat dan lima.

“Kami kelola 35 hotel saat ini. Jadi brand kami sangat diterima oleh komunikan dalam hal ini masyarakat, value dari brand kami tumbuh pesat, ini ditandai dari banyaknya request dari hotel owner yang ingin di manage oleh kami. Mulai dari Batam, Sumatera, Jawa, Belitung, hingga Ambon dan Papua,” kata Samudera.

Pada masa pandemi ini tingkat occupancy MaxOne Hotel bervariasi tergantung lokasi dimana MaxOne Hotel berada, jika dilihat dari YTD tingkat occupancy di wilayah Jakarta berada diangka 20-55%, Palembang diangka 80%, Surabaya mencapai 55%, Malang 65%, Balipapan kita sangat bagus bisa diangka 90%, Makassar di angka 70%, Wilayah Bali dan Belitung yang masih rendah sekitar 10-35%, jadi tergatung lokasi. “Kalau untuk raihan omzet yang didapat, kurang lebih sekitar 500 juta sampai dengan 7 Miliar lebih ya, YTD fiskal 2021 ini” jelasnya.  

Tidak sampai di sini, MaxOne Hotel pun terus berkembang. Branding dan posisioningnya semakin jelas, melalui MPHG Samudra dan rekan membangun leveling branding untuk grab market yang berbeda pula, kini mereka memiliki delapan merek selain MaxOne Hotel seperti: Ruma-Ruma House, Nite & Day Hotels, All Nite & Day Hotels, Hotels Zia, Alltrue Hotels, Marc Hotels dan One of A Kind. “Bisnis hotel itu kakinya dua yaitu hospitality dan property. Hospitality bagaimana kita membangun konsep yang berbeda didalam produk dan layanan hotel kita dan di sisi property kita juga harus jeli untuk memilih lokasi karena akan mempengaruhi capital gain dari investasi kita.

Konsep MaxOne Hotel adalah value design hotel with feeling. Value design-nya itu adalah konsep industrial dan instagramable, “waktu desain industrial dan instagramable ini belum dikenal, semen dan batunya kelihatan, kami mulai mempopulerkan konsep ini dan feeling-nya itu adalah happiness, warmth and love yaitu semua staff kami didalam melayani tamu harus dengan penuh kebahagiaan, kehangatan dan cinta kasih. Selain konsep industrial MaxOne Sabang juga mengusung tema betawi, colorfull, warna hijau yang melambangkan kemakmuran,” sambungnya.

Sejatinya, Samudera adalah orang property, bukan orang hospitality yang notabene pengelola hotel. Namun menurutnya yang paling penting adalah paham dahulu property, lokasi dan produknya. “Jika kita ingin memulai usaha property, pasti kita harus memikirkan  income generating-nya. Seperti halnya kita bikin ruko bisa kita sewakan atau bikin kos-kosan juga kita sewakan, apalagi bisnis hotel kita harus mencari lokasi yang strategis karena valuenya akan terus meningkat,” jelasnya.

“Maka kami memutuskan membangun hotel untuk dijual. Karena lokasi tanah tidak besar cari operator susah, maka buat produk dengan konsep sendiri untuk dijual. Kalau jual rumah asetnya kan asset property tapi kalau hotel itu asetnya asset satu bisnis. Setelah dibangun 2011 kami jual dengan keuntungan dan kami bangun kembali,” bebernya.

Dari situ, kata dia, berkembang dan memiliki banyak produk karena jasa produk kami banyak disukai. “Akhirnya kami diminta mengelola hotel, sampai saat ini mencapai 35 hotel yang kita kelola dan ada 37 hotel yang sudah sign kontrak dan beberapa sedang tahap pembangunan,” terangnya.

Menurutnya, prinsip dalam mengelola hotel yang penting lokasi dan produknya sudah baik, maka proses pemasaran tidak sulit.

Terkait dengan modal untuk bisnis hotel, modal awal kita bisa dari modal sendiri atau sebagian 50% bisa pinjam di bank, jika pinjaman maka akan dilihat pihak bank punya prospek atau tidak. Modal awal ketika mendirikan MaxOne Sabang ini, “mulai dari perizinan, desain dan modal kerja. Sekitar hampir 60 miliar,” katanya.  

Terlebih lagi, sambungnya, investasi property adalah investasi jangka panjang. Hotel yang pasti adalah revenue generator, dan ada operating cost-nya juga. Kapitalisasi asset yang paling baik. “Kalau kosa-kosan untuk usaha lebih tradisional, tidak ada organisasi yang bisa berkembang, maka bank lebih tertarik dengan hotel,” ujarnya.

Diakuinya, proses di awal memulai pembangunan MaxOne Hotel Sabang ini tidak luput dari masalah-masalah, mulai dari pembangunan yang berlarut, perijinan dan lainnya. “Namun ketika sudah jadi produk, sampai hari ini MaxOne Hotel yang ada di Sabang ini sangat di terima pasar, baik dari segi occupancy dan harga jual,” katanya.

“Produk kita memiliki property dan hospitality yang baik. Kita membangun bukan untuk generasi lama tapi generasi W dan Z. Apabila hotel memberikan keuntungan maka pembelinya puas. Kalau produk bagus orang akan datang, dan diminati. Sampai hari ini pembelinya masih sama,” lanjutnya.

Kendala awal memulai bisnis ini lebih banyak pada melakukan riset karena proyek kami pertama. “Jadi harus menciptakan produk dan branding yang mumpuni. Feeling dan konsep seperti apa kami keliling sana-sini pada waktu itu,” ucapnya.  

“Untuk menjadi yang terdepan kami membangun corporate culture yang baik, kami set-up manajemen di corporate kuncinya Human Resource, yang paling penting jujur dan sesuai SOP yang benar, punya sistem control dalam manajemen hotel. Good Corporate Management,” jelasnya.  

Disamping itu, kata dia, faktor pendukung keberhasilan bisnis ini juga bukan hasil satu orang, namun dijalankan oleh teamwork. “Dalam satu organisasi punya keterkaitan semua, satu sakit maka akan sakit semua,” tandasnya.

Sebagai local brand, Samudra harus memiliki visi menjadi tuan rumah di negeri sendiri. “Jangan semuanya fee-nya ke luar negeri. Kita local brand yang create orang Indonesia, bukan dari ekspatriat. Kita punya konsep dan manajemen sendiri,” tegasnya.

Sebelum usaha hotel, Samudra lebih banyak berkecimbung di property. Dari mulai pembangunan, manager dan pemasaran. “Kita sekarang masuk ke property dan hospitality,” terangnya.

Salah satu faktor penghambat bisnis perhotelan di Indonesia, kata Samudera adalah pada mindset di bisnis ini sendiri yang masih dipersepsi sebagai brand luar negeri. “Nah tugas kita meyakinkan bahwa brand kita tidak kalah. Kita sudah punya manajemen, SOP dan controlling yang bagus. Apalagi SDM di perhotelan ini turn over-nya cepat sekali. Jadi mengatur manusia ini berbeda-beda di setiap daerah. Utamanya di mengelola manusia,” ungkapnya.

Menjaga Branding, Aktif Digital dan Budgeting yang Terukur

Pandemi saat ini membuat hampir semua sektor bisnis limbung. Tak terkecuali bisnis hotel. Karena itu, di awal pandemi Samudra melakukan berbagai upaya untuk mensiasati berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Salah satunya adalah melakukan budgeting dan proyeksi. “Untuk kloter kedua ketiga dan keempat kita harus hati-hati dengan pandemi, kami melalukan keputusan dengan cepat dan tepat untuk menyusun emergency budget, yang harus kami lakukan di masa PSBB dan PPKM ini. Semua harus bekerja dengan break event point,” jelasnya.

“Mengatur tenaga kerja, efisiensi operasional dan mempertahankan hotel harus tetap terjaga dan terawat kebersihan dan keamanannya. Pada masa pandemi ini kami tergantung pada pasar domestik saja, dan kami masih tertolong karena brand kami sangat diterima oleh masyarakat, semoga perekonomian bisa pulih,” bebernya.

Samudra memiliki kebijakan di masa pandemi, antara lain efisiensi, mengecangkan pinggang dengan target BEP, hotel harus tetatap terjaga dan terawat. “Tantangan di masa pandemi dengan turunnya revenue kita adakan WFH, karyawan digilir kerjanya. Ada 15 hari, 7 hari, biar tetep kerja,” jelasnya.

“Untuk eksternal, di masa pandemi saat ini kita harus aktif dan terus berusaha, kita jangan pasif. Terurama sekarang lebih ke digital minded, guest aware dengan instagram dan media sosial, promo digital terus kita jalankan. Kita aktif mengkampayekan dan membuat program protokol kesehatan di hotel-hotel kami, dan kami kampanyekan dalam bentuk poster, dan juga video. Kami juga menjalankan New normal di hotek kami melalui program MPHG happy clean stay dan setiap hotel kami juga telah memiliki sertifikat CHSE” bebernya.    

Rencana mendatang sambungnya, kami akan membangun local brand menjadi internasional brand dan memperluas jaringan kami diseluruh Indonesia. Tentu saja dengan terus menambah jumlah hotel dan branding kami.

Pria yang hobi nonton film dan traveling ini, terus meningkatkan strategi dan konsep bisnis perhotelannya karena dengan menonton dan jalan-jalan dia mendapatkan inspirasi untuk mengembangkan bisnisnya. Samudra juga memiliki tips bagi yang ingin terjun ke dunia usaha. Menurutnya, jadi pebisnis itu harus kreatif dan inovatif, yang terakhir tentu saja dimasa pandemi ini tips dari saya kita harus tetap “Stay Happy and Stay Healthy itu yang terpenting jika kita sehat dan bahagia maka kita akan dengan mudah menjalankan bisnis kita,” pungkasnya.

Zaziri