MENJALIN KOMUNIKASI ASERTIF dengan Generasi Y

Setiap hari kita pasti berkomunikasi, baik dengan anggota keluarga lainnya di rumah, teman di kantor, rekan bisnis,  atau dalam komunitas. Komunikasi yang terjadi sering melibatkan antar generasi, baik dengan generasi Baby Boomers, generasi X atau generasi Y. Generasi Y atau sering disebut Net-generation ( lahir mulai tahun 1980 keatas) saat ini sudah masuk dalam bursa kerja, berkiprah baik sebagai wirausaha, karyawan, supplier dll, membutuhkan perhatian dan pemahaman lebih dari pihak generasi sebelumnya ( generasi X dan baby boomers) untuk dapat membangun komunikasi yang efektif.

Tidak terbayang jika kita harus berdiam diri sepanjang hari tanpa ada komunikasi dengan lingkungan di sekitar kita. Komunikasi menjadi alat penting untuk menggerakkan dan mengembangkan bisnis, baik dengan customer, dengan karyawan maupun dengan supplier dan mitra bisnis. Bagaimana agar kita dapat sukses menjalin komunikasi kepada orang lain? Bagaimana kita dapat berkomunikasi efektif dengan Generasi Y ? Tulisan di bawah ini akan menjelaskan secara detail berbagai perilaku komunikasi.

Dalam komunikasi kita mengenal 3 bentuk komunikasi, yaitu komunikasi agresif, komunikasi pasif dan komunikasi asertif. Tindakan kita dalam memilih bentuk komunikasi, apakah agresif, pasif atau asertif menjadi penentu hasil akhir sebuah komunikasi. Dan kita sangat yakin bahwa komunikasi yang efektif merupakan pangkal keberhasilan dan sukses dalam bidang kehidupan pribadi atau professional, malah pelayanan.

Ada perbedaan diantara ke-3 macam perilaku dalam komunikasi tersebut, yaitu :

1.). Perilaku komunikasi Agresif : perilaku dimana kita akan mempertahankan sikap dan pendapat kita sendiri, tanpa memperdulikan orang lain, dan menginginkan hasil akhirnya sebagai pemenang.

Ciri-cirinya: terlalu banyak membuat permintaan kepada orang lain, ingin kemauannya diikuti terus menerus walaupun pihak yang diajak bicara tidak menginginkan melakukannya, terlalu dominan dalam menyuruh atau memerintah orang lain, intimidasi dan interupsi, kontak mata cenderung tegas, bahasa tubuh kaku dan mengepalkan tangan, postur tubuh tegang dan cenderung membusungkan dada, intonasi suara tinggi dan berbicara keras berapi-api. Salah satu contoh kalimat yang sering digunakan seperti : “Pokoknya lakukan saja, jangan banyak tanya..!!”.

Bersikap seperti “Big Boss” terlalu sering dalam setiap komunikasi dengan bawahan, terutama dengan generasi Y akan menjadi kontraproduktif di zaman turbulensi saat ini. Generasi Y menyukai komunikasi yang terbuka, equal, seiring dengan pekerjaan yang menuntut kolaborasi dari semua pihak. Mereka mengutamakan perangkat digital dalam bekerja, sehingga di dalam komunikasi, kesetaraan sebagai partner dalam berdiskusi dan mencari solusi menjadi cara yang paling diterima oleh generasi Y dalam perilaku komunikasinya.

2) Perilaku komunikasi Pasif : perilaku dimana kita cenderung untuk selalu menghindari konfrontasi dengan lawan bicara, demi menjaga suasana tenang dan damai. Kita cenderung mengalah demi kelanggengan hubungan yang telah terjalin, dengan mengorbankan kepentingan pribadi yang mungkin saja lebih penting.

Ciri cirinya: tidak mampu berkata “ tidak” atau menolak permintaan orang lain, walaupun sebenarnya tidak menginginkan melakukan permintaan tsb, cenderung menyimpan keinginan di dalam hati saja, tidak mampu mengajukan keinginan atau permintaan kepada orang lain, tidak mampu membuat suatu keputusan, menghindari kontak mata dengan lawan bicara, bahasa tubuh gugup, postur tubuh cenderung bongkok, lemah dan lemas, bercakap dengan perlahan dan nyaris tidak terdengar, muka pucat.

Salah satu contoh kalimat yang sering digunakan seperti : “ Terserah saja lha.. …   !!”. Atau dengan kalimat seperti :  “Aku ngikut saja …!!!”   Untuk jangka pendek, komunikasi ini bisa mengakibatkan rasa lega, terhindar dari rasa bersalah, bangga, dan kasihan pada diri sendiri. Namun untuk jangka panjang dapat kehilangan percaya diri dan hormat pada diri sendiri. Orang yang pasif tidak tahu bagaimana mengomunikasikan perasaannya dengan tepat kepada orang lain

Menjalin komunikasi pasif dengan generasi Y akan membuat mereka merasa tidak mendapatkan masukan sebagai partner. Dalam bekerjasama dengan generasi Y, perilaku pasif ini dilihat generasi Y sebagai manusia yang demotivasi, lemah, tidak punya pendirian, sehingga umumnya tidak mendapatkan respect yang baik dari generasi Y dalam menjalin komunikasinya.

3).Perilaku Komunikasi Asertif : perilaku ini merupakan perilaku manusia efektif. Perilaku asertif ini tidak mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi dan sebaliknya tidak semena-mena menahan diri dari intervensi ( campur tangan) orang lain. Kalimat asertif adalah cara berkomunikasi yang tidak menyerang lawan bicara. Inti kalimat terletak pada pengungkapan perasaan kita dengan terus terang, sopan, dan apa adanya.

Manusia punya kecenderungan mempertahankan diri bila diserang. Demikian pula bila ia merasa disalahkan, direndahkan, atau tidak dihargai. Sebab itu penting sekali memperlihatkan sikap positif dalam berkomunikasi, bagaimanapun sebalnya kita pada lawan bicara kita. Ini tidak mudah, perlu berpikir sebelum berkata, dan berlatih melakukannya.

Ciri ciri perilaku komunikasi asertif adalah terbuka dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, menyatakan pendapat atau harapan pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain, mampu membuat permintaan kepada orang lain dengan cara yang wajar, tanpa menunjukkan sikap kuasa/perintah, mampu menolak permintaan orang lain dengan sikap wajar dan tidak menyakiti perasaan orang lain, kontak mata terjadi wajar, bahasa tubuh tenang, postur tubuh tenang, bercakap dengan intonasi sederhana.

Perilaku komunikasi asertif disukai oleh generasi Y. Kelugasan dalam komunikasi dan mengutarakan pendapat, membuat kolaborasi baik face to face maupun virtual berjalan dengan lancar sehingga keputusan yang diambil dapat dikatakan keputusan yang terbaik. Keterbukaan dari cara berkomunikasi asertif sangat dihargai oleh generasi Y sehingga mereka juga termotivasi untuk menggali gagasan –gagasan yang produktif secara kelompok.  

Umpan balik yang transparan tanpa perlu menunggu appraisal tahunan menjadi hal yang dinanti dari generasi Y dan menjadi masukan yang sangat dihargai oleh mereka untuk perbaikan ke depan. Pemimpin perlu memahami perilaku karyawan generasi Y agar dalam penyusunan strategic Human Capital dapat mendorong komunikasi asertif yang efektif dan kinerja yang optimal.

Para karyawan Generasi Y mengharapkan para atasan mereka mampu memberikan tuntutan kerja yang jelas, menumbuhkan budaya kerja yang berorientasi pada kerja sama kelompok, memberikan umpan balik secepat mungkin, memberikan kesempatan penghargaan apabila mereka mampu melakukan suatu tindakan yang beresiko tinggi atau berhasil melakukan suatu inovasi. Harapan itu semoga dapat dikomunikasikan oleh pimpinan /atasan mereka secara asertif. Semoga..!

Ir Mirawati Purnama Msi