MEMOLES FRANCHISE GEROBAK MENJADI RESTORAN: APAKAH MUNGKIN?

MEMOLES FRANCHISE GEROBAK MENJADI RESTORAN: APAKAH MUNGKIN?

Bisnis franchise gerobak memang terbilang rentan untuk jangka panjang. Kecuali bisnis dengan model gerobak ini memang dijalankan sendiri yang memang disadari bahwa life cycle-nya memang pendek. Mengapa bisnis franchise gerobak ini mungkin rentan untuk jangka panjang?

Pertama, bisnis franchise gerobak ini mungkin berstatus non-formal, karena lokasinya tidak permanen di area komersial yang resmi. Kecuali bisnis franchise gerobak ini berada di dalam mal atau perkantoran. Dengan status yang non-formal ini maka cenderung lokasinya tidak akan jangka panjang.

Kedua, bisnis franchise gerobak ini umumnya mempunyai tingkat pengembalian modal yang tinggi, tetapi angka absolutnya mungkin tidak cukup besar untuk menjadi penunjang hidup pemiliknya. Kecuali jika franchiseenya memiliki jumlah gerobak yang banyak. Misalnya saja untuk membuat bisnis gerobak Kebab memerlukan investasi Rp 30 juta, dan setiap bulannya mendapatkan keuntungan bersih Rp 3 juta perbulan. Dari sisi return on investment itu bagus sekali. Tetapi belum tentu penghasilan itu cukup untuk menunjang hidup franchiseenya.

Ketiga, bisnis franchise gerobak tidak memerlukan orang kerja yang banyak dan pengelolaannya umumnya dilakukan secara manual, karena outletnya juga kecil. Hal ini juga akan rentan untuk melakukan kontrol atau pengawasan.

Berdasarkan karakter tersebut di atas maka akan lebih mapan jika usaha kuliner franchise gerobak ini dibuat lebih permanen dalam bentuk kiosk atau resto. Dengan tempat yang lebih permanen, maka outlet tersebut dapat memungkinkan beroperasi lebih lama dengan konsentrasi kepada usaha yang lebih focus. Outlet yang berbentuk kiosk atau resto memungkinkan untuk menampung lebih banyak pelanggan dan mendapatkan lebih banyak income (penjualan). Walaupun biayanya juga mungkin lebih tinggi dari pada berbentuk gerobak, tetapi pendapatan bersih yang diterimanya juga mungkin jauh lebih banyak.

Dengan pengelolaan yang lebih terkonsentrasi dan lebih banyak orang, bisnis kuliner berbentuk resto ini akan lebih mudah untuk menjalankan fungsi kontrolnya.

Tetapi apakah mungkin merubah bisnis franchise kuliner gerobak menjadi restoran? Secara konsep dua model bisnis ini sangat berbeda. Hanya ide atau mungkin menunya saja yang sama. Konsep, Sistem pengelolaan, dan Pekerja yang diterapkan akan sangat berbeda antara mengelola bisnis kuliner franchise gerobak dan restoran.

Saya ambil salah satu contoh kasus dimana sebuah konsep kuliner gerobak diubah menjadi konsep restoran tetapi mendapatkan penolakan pasar, sehingga bisnisnya tidak bisa berkembang. Sebuah kuliner gerobak dengan maksud membuat sensasi dia membuat merek yang vulgar (sebut saja) “Burger Tellerrr”, dimana pada saat disajikan dalam konsep gerobak produknya laris diminati oleh pelanggan yang lebih banyak kalangan muda.

Dengan niat membuat bisnisnya lebih mapan, maka pengusaha kuliner ini membuat konsep “Burger Tellerrr” menjadi cafe-resto yang mewah dilengkapi dengan bar minuman dan live music. Harga jual produknya tentu dapat dibuat sedikit lebih mahal di tempat dengan konsep café-resto yang bagus ini. Tetapi dengan konsep café-resto ini pelanggan yang lama tidak banyak lagi yang merasa cocok dengan ‘status’ mereka.

Sementara itu, target market resto yang setingkat ‘status’nya tidak merasa nyaman dengan nama atau merek “Burger Telerrr” yang dirasa tidak classy (berkelas) seperti konsep café-restonya. Alhasil, franchise kuliner gerobak yang dirubah menjadi resto yang bagus itu tidak bisa lebih sukses. Apalagi dengan perubahan ini investasi yang dikeluarkan juga tidak sedikit.

Bisnis model restoran sudah merupakan kegiatan usaha yang ‘ilmiah’. Artinya sudah ada kiat-kiat membangun bisnis restoran yang standar dan dijadikan rumusan yang baku. Perlu ilmu pelajaran bisnis restoran yang harus dipahami sebelum membuka bisnis restoran. Merubah binis franchise kuliner gerobak menjadi bisnis franchise restoran sebenarnya seperti mengulang merintis bisnis baru. Mungkin saja konsep tersebut bisa berubah, tetapi memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam. Apalagi jika dikembangkan dengan system franchise.

Paling tidak pelaku bisnis franchise gerobak tersebut perlu memahami, penempatan dan pengelolaan Brand, penetapan dan pengelolaan target market, konsep operasional restoran, konsep desain, dan indeks pengelolaan usaha serta administrasi pendukungnya.

Membuka bisnis restoran menurut saya sudah tidak sederhana lagi. Kita bisa-bisa saja untuk asal membuka bisnis restoran yang mungkin saja menjadi sukses serta banyak pelanggannya, tetapi untuk dapat dikembangkan dengan franchising itu akan menjadi cerita lain yang tantangannya tidak sederhana.

Pesan motivasinya adalah: sebagai pengusaha franchise Indonesia yang gigih dan berpotensi untuk menjadi besar, maka apapun tantangan harus tetap ditanggapi dengan semangat! Begitulah ciri-ciri pengusaha yang sukses.

Burang Riyadi

International Franchise Business Management -IFBM