Kiat Sukses Membranding Bisnis Kuliner

Mengapa begitu banyak usaha kuliner tapi tidak semua sukses menjadi franchise?

Franchise opportunities itu bukanlah mengenai logic. Usaha yang profitable tidak selalu bisa menjadi franchise. Franchise itu adalah mengenai pencitraan atau persepsi.

Persepsi anda tentang sesuatu itu bisa dikembangkan setinggi mungkin. Misalnya, Cilantro itu restoran di lantai 46 gedung BNI yang paling tinggi. Itu penthouse tapi tidak selalu sesuai pencitraannya orang banyak. Kesannya terlalu mahal. Banyak restoran yang mahal tapi tidak terkesan mahal. Bakso Afung mahal tapi terkesan murah.

Mengapa Bakso Afung lebih berkesan daripada Cilantro? Bakso Afung berada di setiap Giant. Persepsi masuk Giant sudah terpatri. Gedungnya setinggi hanggar pesawat. AC-nya super dingin, serba besar. Hypermarket berukuran 10.000 sqm, itu persepsi mengenai pertama kali ketika masuk Giant. Bakso Afung juga terdongkrak.

Baca juga : 4 Kunci Keberhasilan Pembangunan Brand

Anda dinilai dari siapa kalangan Anda. Maka dari itu untuk persepsi yang terbentuk dengan cepat bergaul dengan celebrity. Maka Anda cepat ngetop itu yang dilakukan Kim Kardarshian.

Apa langkah pertama membangun franchise?

Pondasi sebuah franchise itu ada 3 yaitu Brand, Channel dan Orbit.

Brand harus menonjol. Brand “Ayam Penyet” misalnya kurang eksklusif karena terlalu banyak cluttered. Brand yang baik adalah yang memiliki persepsi positif. Sushi Groove. Lebih baik daripada Sushi Express. Siapa yang mau coba coba sushi yang di pinggir gerobak. Brand tidak bisa generic.

Seafood snack misalnya, yang dipatenkan adalah Haesanmul Gansig. Itu artinya sama —Seafood Snack. Pada akhirnya yang menjadi copyright itu bukan lagi SOP. SOP sudah banyak di mana-mana copy paste. Bukan lagi recipe. Recipe sudah banyak online cook book. Bukan lagi system. Tapi BRAND. Perusahaan franchise invest di brand nomor satu. Biaya brand investment sekitar 15% dari total investasi franchise. Brand yang baik sekarang semua investor cek Google online. Siapa Anda sekarang dinilai dari Google.

Channel. Perusahaan franchise yang baik memiliki channel atau akses. Anda kenal manajemen mal. Kenal Giant Hypermart. Agung Podomoro. Lippo Mall. Summarecon. Tanpa akses ke network mal maka brand Anda tidak kuat. Kekuatan J.Co dan Breadtalk dari channel.

Orbit. Keadaan yang paling stabil dari sebuah massa adalah bergerak mengikuti orbit. Itulah terbentuknya atom dan universe. Demikian dengan brand franchise harus masuk berita media massa dan medsos. Seafood Snack misalnya, masuk berita di Majalah Franchise, Liputan 6, Bisnis Indonesia, Viva Life, Warta Ekonomi, Tempo, Trijaya, Sindo, Solo Pos, atau media sosial semacam Facebook, Instagram dan Youtube.

Syaratnya masuk orbit berita media massa? Harus ada biangnya atau ibarat yoghurt harus ada yeast. Untuk mengorbitkan artis Indonesia Idol butuh Ahmad Dhani. Oleh karena itu untuk bisa masuk orbit media massa harus ada figur yang sudah mengorbitkan.

Harus memiliki news value. Saya sudah coba-coba kuliner Keraton resep masakan asli Keraton Jawa. Tidak berhasil. Kuliner ini dan itu. Tidak berhasil. Coba saja. Jumlah berita kuliner sudah banjir sejak Bondan Winarno masuk TV. Saya sendiri coba kuliner seafood snack baru nikmat mak nyus. Tidak berhasil. Begitu kita bicara serbuan invasi Korea lewat K-food (Korean food) langsung konotasinya ini K-pop. Siapa yang tidak ingin memberitakan K-food? Pasti ketinggalan berita.

Kembali ke laptop, franchise itu bukan logic. Tidak mesti omzet tinggi bisa franchise. Franchise itu adalah pencitraan. Persepsi berita media. Namun kalau sudah ngorbit pun, tidak menjamin omzet. Yang ada adalah reserved money. Reserve sumber daya manusia. Reserve promotion. Terakhir relocation. Tidak ada garansi. Hanya toaster yang garansi. Kalau business yang ada koreksi.

Baca Juga : Creativity: Essence of Branding

What’s next? Selanjutnya seorang investor ingin mendapatkan:

1. Rencana dan laporan keuangan. Uang mereka itu jatuh ke mana, apa saja, dan gambaran yang lebih terang daripada usaha trial and error.

2. Laporan lengkap inventory control, purchase, sales online, dan CCTV membuat investor nyenyak tidur.

3. Paling penting adalah managed expectations. Investor harus ada preliminary budget profit and loss.

4. Coaching. Mereka harus diberikan manual How to Start Your Own Business. Ini tidak seperti soal menggoreng saja namun persiapan mental dan entrepreneurial skill. Ini mentoring selama 2 tahun.

Good luck.

Goenardjoadi Goenawan