Franchise Kuliner Tetap Bergairah

Franchise Kuliner Tetap Bergairah

Di tengah lesunya ritel, banyak tutupnya departement store, serta mulai sepinya pengunjung di beberapa mal yang dahulunya ramai, industri kuliner tetap jalan. Di industri franchise bahkan bisnis kuliner semakin bergairah. Tidak hanya pemain lokal yang meramaikan kuliner, tapi juga merek-merek franchise kuliner asing.

Di ranah lokal, kita lihat munculnya beberapa pemain franchise warung nongkrong kekinian. Sebut saja misalnya Whats Up Café, Warunk Upnormal, Ropisbak Ghipari, Waroeng Mee, dan lain sebagainya. Kedai-kedai mereka selalu diramai dikunjungi konsumen dari kalangan anak muda.

Belum lagi kuliner ayam geprek yang muncul meramaikan kuliner Indonesia belakangan ini. Kebanyakan mereka memang belum bisa dibilang franchise, tapi baru tahap Business Opportunity. Namun jika dikembangkan dengan serius bisa menjadi franchise unggulan.

Sementara itu, franchise kuliner asing juga mulai gencar memasuki Indonesia. Bahkan beberapa merek tengah naik daun. Belum sepi diramaikan oleh franchise Thai Tea yang notabene dari Thialand, Indonesia juga belakangan ini tengah ramai kuliner jus mangga. King Mango salah satunya yang tengah diantri customer di beberapa mal. Beberapa merek franchise kuliner dari Timur Tengah juga mulai meramaikan kuliner di sini.

Dengan hadirnya aplikasi app semacam Grab, Gojek, dan sejenisnya,  bisnis kuliner justru semakin berkembang. Para pelanggan tetap menikmati kuliner yang disukainya dengan order online meskipun jaraknya jauh dari rumah.

Sejatinya, Indonesia punya keunggulan dalam kuliner. Hampir di berbagai daerah terdapat kuliner yang khas. Tapi harus diakui juga Indonesia masih kurang dalam kualitas service atau pelayanan. Padahal jika ada dikembangkan service dan mutunya akan menjadi kuliner unggulan.

Jadi dalam hal bagaimana memanage pelayanan, kebersihan, seperti menyapa pelanggan, cara berseragam, cara mengambil menunya, dari kiri atau kanan meja, itu kan memang ada ilmunya. Itu yang memang belum terlalu banyak di kita.

Beberapa bulan lalu ada yang  mengusulkan kepada Diaspora di Jepang, supaya mereka mengambil franchise lokal dari sini, daripada duitnya dianggurin. Kalau bisa mendekati pemerintah Jepang, melalui AFI boleh juga, untuk mendirikan usaha franchise di bidang kuliner dan atau memperoleh pelatihan dan pendidikan dari Jepang, bagaimana menangani usaha kuliner franchise?

Indonesia kan punya jenis kuliner yang banyak. Nah “how to”nya, apa yang mesti dilakukan? Itu yang kita minta ilmunya dari Jepang?  Sebab Jepang cukup maju di kuliner, street food mereka berkembang. Dia punya ramen, punya udon, sate taichan, mereka cukup unggul di kuliner tersebut.

Mereka memang patut diacungi jempol dalam hal meningkatkan service dan mutu kuliner. Dari mulai dapur misalnya, mereka harus jaga kualitasnya. Di dapurnya, lantai yang terbuka saja tidak boleh di sebuah restoran Jepang ternama. Itu sampai ke situ ilmunya di Jepang, yang kita belum punya, dan mereka selalu menjaga kebersihan dan kualitas.

Anang Sukandar

Chairman Asosiasi Franchise Indonesia