Era Baru Generasi Milenial

Era Baru Generasi Milenial

Perkembangan teknologi informasi, mulai dari smartphone hingga media sosial mengubah cara hidup masyarakat hingga titik yang paling fundamental. Tahun 1962, seorang pakar komunikasi asal Kanada, Marshal McLuhan mengembangkan teori determinisme teknologi dalam bukunya yang berjudul The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic Man. Istilah determinisime teknologi sendiri pertama kali dikenalkan oleh Thornstein Veblen pada tahun 1920. Inti dari teori determinisme teknologi adalah inovasi dalam bidang teknologi informasi atau teknologi komunikasi memberi perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat.

Determinsime teknologi beranggapan bahwa budaya dibentuk oleh bagaimana cara masyarakat berkomunikasi. Teori ini juga menyatakan bahwa teknologi adalah kunci yang penting dalam kekuatan menguasai serta mengendalikan masyarakat. Hal ini membawa keyakinan bahwa perubahan sosial yang ada di dalam masyarakat yang terus berubah-ubah dikendalikan oleh inovasi teknologi yang terjadi.

Saat ini, penggunaan smartphone yang semakin massal membuat akses ke dunia maya menjadi sangat mudah. Ini sangat mempengaruhi cara berkomunikasi masyarakat, yang dimotori oleh Generasi Milenial. Akhirnya, mempengaruhi nilai-nilai dan membentuk sebuah peradaban baru, yaitu peradaban digital. Intensitas ‘online’ (aktivitas di dunia data) dengan ‘offline’ (aktivitas dunia nyata) menjadi sama tingginya. Manusia bisa berkomunikasi langsung dengan manusia lain dimana saja, kapan saja dan seketika itu juga. Komunikasi menjadi sangat mudah dan instan. Masyarakat milenial hidup dalam dua alam yang saling mendukung, dunia maya dan dunia nyata.

Dalam era seperti inilah bisnis digital atau online mulai tumbuh. Untuk memesan ojek kita bisa menggunakan aplikasi pada smartphone. Belanja bisa dilakukan dari mana saja, tanpa harus datang ke toko atau ke mall. Dan pada akhirnya, lapangan pertarungan mulai berpindah ke dunia maya.

Tidak sedikit pelaku bisnis konvensional yang berguguran akibat gempuran bisnis online. Toko buku Border ‘kehabisan nafas’ melawan amazon.com yang tidak memiliki toko buku sama sekali.

Mau tidak mau, agar terus survive, para pelaku bisnis konvensional harus beradaptasi pada model bisnis yang baru ini. Ranah digital harus digarap serius, bukan sekadar pelengkap dari bisnis konvensional. Yang tidak kalah penting untuk dipikirkan, inovasi dalam dunia digital berjalan sangat cepat. Dinamika bisnisnya begitu dinamis. Disrupsi teknologi terjadi terus menerus. Ke depannya, bukan tidak mungkin industri lain seperti perbankan, perhotelan dan bisnis lainnya akan tergusur oleh model bisnis digital.

Pertanyaannya, terutama bagi para pelaku bisnis konvensional, sudah siapkah dengan itu semua?

Rofian Akbar

Pemimpin Umum Majalah Franchise Indonesia