Bisnis Jasa Kurir: Kuncinya Inovasi dan Layanan

Bermain di bisnis jasa kurir berarti memasuki wilayah persaingan yang sangat sengit. Lebih dari seribu pemain, jika tidak pandai berinovasi dan memahami kebutuhan konsumen kegagalan taruhannya. Bagaimana bermain di bisnis yang persaingannya sangat ketat? 

DI Indonesia, jasa kurir sudah ada sejak jaman VOC. Bermula dari Pos Indonesia, yang bertugas untuk menjamin surat menyutar penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari kantor-kantor di luar Jawa, dan bagi mereka yang datang dan pergi ke Belanda.

Pos Indonesia kemudian mengalami perubahan status menjadi jawatan, dan berubah kembali menjadi perusahaan Negara, hingga pada 1996 menjadi PT Pos Indonesia.

Perubahan status pada perusahaan bidang jasa kurir pertama di Indonesia ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Munculnya internet sempat meredupkan bidang usaha Pos Indonesia karena konsumen beralih dari pengiriman surat secara manual ke internet atau email. Meskipun jasa pengiriman dekumen masih tetap ada. 

PT Pos Indonesia masih eksis dan bertahan karena perusahaan milik Negara ini tidak terlena oleh perubahan teknologi. Kini, PT Pos Indonesia menjadi salah satu pemain dengan para pesaingnya di industri jasa kurir yang jumlahnya ribuan pemain.

Bermain di industri ini seperti yang ditunjukkan oleh PT Pos Indonesia dengan sejarahnya adalah dengan mengikuti perkembangan teknologi, melakukan inovasi dan juga memenuhi ekspektasi pelanggan. 

Industri ini juga tidak hanya menghadapi perubahan, tetapi juga persaingan yang super sengit. Hermawan Kertajaya, pengamat pemasaran dari Markplus memberikan tips berbisnis di sektor jasa kurir yang persaingannya sangat ketat. Menurutnya, agar dapat bertahan dan bahkan berkembang, tentu hal yang paling pertama adalah mempertahankan nama baik perusahaan. Nama baik perusahaan yang dimaksud adalah kepercayaan dari pelanggan.

“Kepercayaan adalah salah satu faktor paling penting di industri jasa seperti ini. Terlebih lagi karena konsumen ‘menitipkan’ produk dan mempercayakan agar dapat sampai di tempat tujuan dalam kondisi baik. Agar dapat membangun reputasi dengan baik, konsistensi pelayanan pun harus sangat diperhatikan,” katanya.

Dia menyebutan, sektor ini tidak hanya dikuasai oleh pemain-pemain besar, tetapi juga banyak dimasuki oleh pemain-pemain kecil. Menurut Hermawan, pemain kecil akan sulit bila bersaing dari sisi jaringan dan juga modal. “Celah yang perlu dimanfaatkan dengan baik adalah dari sisi pelayanan. Namun bukan sekadar berupaya memenuhi needs and wants dari pelanggan, tidak juga berupaya memenuhi expectations and perceptions saja tetapi juga anxieties and desires,” katanya.

Hermawan menjelaskan, anxieties and desires adalah kegelisahan dan impian dari pelanggan yang seringkali terungkap begitu saja. Maksudnya adalah, agar dapat mengetahui kegelisahan dan impian pelanggan dengan baik, pemain jasa kurir harus benar-benar dekat secara personal dengan konsumen. 

Dengan demikian pendekatan yang digunakan bukan melayani konsumen sebagai raja, tetapi benar-benar care dengan situasi yang dihadapi konsumen. Sehingga menurut Hermawan, hubungan antara pemain logistik dengan pelanggan pun bukan sebagai transaksional tetapi sebagai true friend.

“Dengan demikian, hubungan yang intim dengan pelangganlah yang dapat dimanfaatkan dengan baik untuk perkembangan bisnis pemain kecil. Hal ini tentu sulit diaplikasikan oleh pemain yang sudah telanjur besar,” katanya.

Hermawan mengakui, persaingan yang sangat ketat dipastikan akan ada banyak yang gugur. “Itu pasti, apalagi bila tidak produktif dan tidak kreatif,” katanya. 

Maksudnya dari tidak produktif adalah tidak efisien dan tidak efektif. ”Intinya setiap kegiatan operasional jasa kurir harus dilaksanakan dengan menggunakan sumber daya secara optimal namun tetap dapat memberikan hasil yang maksimal. Terlebih lagi karena sektor ini sangat rentan terpengaruh faktor seperti infrastruktur, harga bbm, dan lainnya yang dapat menaikan biaya operasional,” katanya.

Hermawan juga mengharuskan para pemain untuk kreatif, yaitu harus punya ide baru dan mengimplementasikannya. “Pemain di industri ini harus jeli melihat peluang, memiliki ide pengembangan baru dan tentu dapat dilaksanakan dengan baik. Intinya, inovasi baik dari segi proses maupun penawaran seiring dengan berjalannya perusahaan,” ungkapnya.

Hermawan mengakui, bersaing dengan pelaku usaha yang sangat banyak seringkali faktor harga sangat berpengaruh. Menurut hermawan, harga merupakan salah satu yang perlu diperhatikan. Alasannya, bagaimanapun juga harga menjadi salah satu alasan utama pelanggan dalam memilih jasa logistik. 

Tetapi, tegas Hermawan, pemain jasa kurir tidak boleh hanya mengandalkan harga saja. “Percuma saja kalau murah tapi delivery barang bermasalah. Prinsip ini sudah umum sekali berlaku di semua industri,” katanya.

Hermawan memberikan contoh cara bermain yang bagus meski di sektor yang berbeda. Dia menyebut Taksi Blu Bird sebagai contoh yang baik dan seringkali menjadi pilihan utama pelanggan, meski tarifnya lebih mahal dibandingkan pesaingnya. “Jelas tarifnya bukan paling murah, tetapi reputasi yang dipertahankan dan operasional yang dipertahankan secara konsisten dari waktu ke waktu,” katanya mencontohkan.

Trian Yuserma Udaryanta, pengamat bisnis jasa kurir dari Asperindo menyebutkan,  kondisi geografis Indonesia dan tuntutan kebutuhan masyarakat, trend permintaan dalam bisnis jasa kurir ini meningkat terus. Dari sinilah kemudian bermunculan perusahaan jasa kurir di seluruh wilayah Indonesia baik skala kota, propinsi, nasional dan internasional. Jumlahnya menurut Trian mencapai lebih dari seribu pemain. Itupun, katanya yang terdata di Asperindo saja.

Dari sisi bisnis, kata Trian, bisnis jasa kurir tidak akan pernah surut. Permintaannya justru akan tumbuh, diperkirakan mencapai sekitar 30% per tahun.

Namun begitu, pertumbuhan pasar yang terus meningkat tidak menjamin para pemain tetap survive. Menurutnya, faktor penyebab yang bisa membuat pelaku usaha gugur di bisnis ini adalah faktor internal mereka sendiri. Artinya, jika mereka inovatif dan bisa dipercaya pelanggan, bisnis mereka akan tertap bertahan bahkan tumbuh. “Bisnis ini tidak pernah mati dan selalu bertumbuh. Kalau ada perusahaan yang dying atau belum bisa survive, biasanya disebabkan karena persoalan internal,” katanya.

Trian mengingatkan, berakhirnya tahun 2015, Indonesia akan menjadi salah satu peserta Masyaraat Ekonomi Asean atau masyarakat pasar bebas.  Industri ini menurutnya akan menghadapi tantangan baru. Para pemain  harus bisa meningkatkan layanan dan melakukan sinergi atau kolaborasi antar-operator atau penyelenggara sehingga bisa tetap bertahan di bisnis.

Sementara itu, pengamat pemasaran dari Buzz and Co, Sumardi menyebutkan, mengingat persaingan di bisnis ini sangat ketat, para pemain harus memperkuat atau mengubah bisnis model tidak hanya jasa kurir tapi juga memberikan solusi total seperti memberikan pelayanan payment collection dimana untuk ecommerce banyak sekali transaksi COD. “Hal seperti ini bisa meningkatkan bisnis dan loyalitas pelanggan,” katanya.

Untuk para pemain kecil menurut Sumardi, mereka harus fokus dengan spesialisasi tertentu, apakah spesialisasi per bidang kategori industri atau per daerah. “Jadilah category champion, pahami kategorinya dan berikan total solution,” sarannya.

Sumardi mengakui, persaingan yang ketat bisa menyulitkan sejumlah pemain. Namun menurutnya, persaingan tidak akan membuat banyak pemain berguguran. Justru menurutnya, para pemain ini akan melakukan berbagai penyesuaian, dimana yang besar akan semakin ekspansif, sedangkan yang kecil akan semakin specialis. 

Sumadi memprediksikan, pergerakan industri ini akan semakin cepat. Menurutnya, dalam 10 tahun ke depan, kemampuan mengadopsi teknologi untuk meningkatkan layanan kepada pelanggan akan menjadi kunci penting. “Kelas bawah harus fokus pada jasa logistik yang spesifik karena segmen kelas bawah tentunya memiliki item pilihan yang tidak banyak, mereka hrus mengubah diri mereka jadi budget atau low cost logistic company,” katanya.

Sumardi juga mengingatkan, para pemain tidak boleh bersaing dengan harga meski harga harus tetap menjadi unsur kompetitif di bisnis mereka. “Harga tidak boleh menjadi kelebihan, harga di era teknologi menjadi sebuah keharusan untuk tetap kompetitif,” katanya.

Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Anang Sukandar juga mengemukakan, kunci bersaing di bisnis jasa kurir ini adalah inovasi, baik dari sisi layanan mapun produknya. “Kuncinya harus inovasi, baik dari sisi layanan maupun membuat program, kaya pesan antar oleh-oleh. Pendeknya inovasi berkaitan dengan produk, layanan, dan customer service, sesuai kebutuhan pelanggannya,” katanya. 

Selain itu, kata Anang, pelaku usaha jasa kurir juga harus sangat hati-hati dalam memberikan layanan kepada pelanggannya. Service pelanggan memegang peran penting di dalam bisnis ini. “Tidak boleh membuat konsumen kecewa,” katanya.

Senada dengan Sumardi, Anang juga mengingatkan para pelaku usaha agar tidak tergoda bersaing dengan harga karena tingkat persaingan yang sangat ketat. “Kuncinya lagi-lagi di inovasi,” katanya menutup. 

Rofian Akbar