ARE YOU HAVING PRODUCTIVE EMPLOYEE?

Setiap pengusaha pasti ingin selalu melihat karyawannya dalam keadaan bahagia dan bersemangat dalam bekerja. Jika kita bertemu muka dengan karyawan kita yang murung dan tidak bersemangat, pasti akan membuat kita menjadi was-was dan khawatir akan output yang dihasilkannya. Wajah “happy” karyawan akan membuat pengusaha menjadi tenang, merasa bahwa apa yang sudah diberikan dan dikerjakan selama ini dapat diterima oleh karyawannya dengan baik. Walaupun harus diakui masih ada sebagian pengusaha menganggap hal itu tidak penting, hanya membuang waktu bahkan ada yang menganggap bahwa “yang antri di luar sana juga banyak”.

Apa perlunya kita membuat karyawan kita menjadi bahagia di dalam bekerja? Perasaan bahagia para karyawan akan terekspresikan dalam bekerja yang produktif, cepat tanggap, pelayanan yang maksimal kepada para pelanggan, sehingga tentu saja akan membuat pelanggan menjadi puas dan berdampak terhadap kinerja finansial perusahaan. Hal ini tentu membuat sang wirausaha berani untuk melangkah membuat terobosan investasi baru.

Baca juga : Pujian dan Teguran Satu Menit

Cerminan bahagia yang tulus di dalam bekerja akan menghasilkan karyawan yang produktif dan ulet, yang merupakan dambaan dari semua pengusaha, termasuk juga pemilik franchise dalam memimpin roda perusahannya. Masukan dari mereka seringkali hal berharga yang tidak terpikirkan oleh kita. Rasa ikut memiliki (sense of belonging) juga membuat mereka turut terlibat berbela rasa dalam segala situasi perusahaan. Mereka sudah menjadi bagian dari satu keluarga besar di tempatnya bekerja.

Pernah penulis mendengar cerita haru saat sesi sharing di training human capital beberapa waktu lalu di Jakarta, bagaimana karyawan berbela rasa di saat salah satu resto intinya mengalami kebakaran hebat sehingga menyulitkan cashflow perusahaan. Tim karyawannya segera membuat inisiatif untuk memasarkan paket ekonomis ke komunitas-komunitas di sekitar outlet tersebut secara langsung, padahal selama ini resto itu belum pernah membuka saluran penjualan dengan sistem ini.

Ternyata responnya begitu besar, mereka mendapatkan order dari kelompok pengajian juga komunitas ibu-ibu dharma wanita. Sang owner segera memindahkan proses persiapan dan produksinya di outlet lainnya yang terdekat. Sungguh terharu sang owner mendapatkan dukungan kuat dari karyawan di saat harus melewati masa masa sulit saat itu.

Perasaan bahagia di dalam bekerja merupakan cerminan dari personal goal yang selaras dengan organization goal, sehingga terbentuk suatu komitmen dari karyawan yang melekat pada dirinya. Komitmen terhadap perusahaan sedemikian penting karena bersifat dinamis, selalu ada ujian ujian di dalam dirinya untuk selalu mempertanyakan relevansi atas komitmen yang dia lakukan. Seperti juga dengan integritas, demikian juga komitmen terhadap perusahaan tempatnya bekerja selalu bersifat pasang surut, dinamis dan bergelombang setiap saat.

Oleh karena itu sangat dibutuhkan pemilik perusahaan maupun pemilik bisnis franchise untuk mengelola dan peduli hal ini sebelum terlambat, karena kita harus sadar bahwa human capital yang bagus sangatlah sulit kita temukan dalam bursa pekerja. Lebih mudah mengelola apa yang sudah ada, yang sudah berjalan baik dapat dipertahankan serta yang kurang baik perlu dilakukan intervensi secepat mungkin supaya tidak semakin berlarut-larut.

Jika human capital yang menjadi aset perusahaan (intangible asset) ini keluar (resign) karena personal goal-nya yang sudah tidak sejalan dengan organization goal, maka output dan produktivitasnya semakin menurun. Lambat laun karyawan tersebut akan keluar meninggalkan tempat bekerjanya dan perusahaan akan mengalami kerugian dalam waktu yang lama sampai menemukan penggantinya kembali dengan ritme dan output yang sama.

Ada beberapa ritual dalam organisasi yang kita namakan ritual penghargaan berbasis nilai (value based recognition) yang dapat digunakan oleh pemilik franchise memperkuat komitment karyawan kepada perusahaan sebagai berikut:

1. Employee recognition dinner: secara berkala memberikan kesempatan untuk makan malam bersama di saat karyawan berprestasi.

2. Mentorship: memberikan masukan dan contoh. Pemimpin menjadi tempat bertanya tanpa karyawan merasa takut dipersalahkan. Budaya komunikasi dua arah perlu digalakkan.

3. Event dengan konsep “Bergembira di tempat kerja”: berolahraga bersama seminggu sekali sebelum mulai bekerja, gathering dengan keluarga karyawan setahun sekali, makan siang bersama secara lesehan, nonton bareng sesekali dalam setahun dibioskop, dan banyak lagi yang bisa di-explore dengan konsep memberikan kegembiraan dan semangat kepada karyawan.

Akhirnya, apapun yang dilakukan pimpinan perusahaan/management untuk memberikan semangat dan kebahagiaan kepada karyawan akan berbuah dalam hal produktivitas karyawan yang tinggi dan stabilitas proses kerja di dalam organisasi tetap terjaga sehingga kinerja perusahaan pun akan semakin baik. Semoga…!