AGILITY, Karakter Pemimpin yang Dibutuhkan Saat Krisis

Pergerakan bisnis sepanjang tahun 2020 menunjukkan kecendrungan kurva pertumbuhan yang menurun. Faktor utamanya tentu saja pandemic covid19. Dampaknya sangat besar mempengaruhi penurunan daya beli masyarakat sehingga membuat bisnis cenderung berjalan melambat.  

Dari kondisi di atas tentu kita perlu bertanya apa dan bagaimana peran pemimpin ataupun pemilik perusahaan ataupun leader di level manapun untuk dapat berkontribusi menaikkan kurva pertumbuhan perusahaan? Kondisi penurunan ini tentu tidak dapat dibiarkan berjalan terus. Kondisi saat ni menuntut semua leader memiliki kompetensi Agility. Jika diuraikan secara sederhana Agility adalah kemampuan/ kekuatan untuk bergerak secara cepat dan cekatan.

Cepat dan Cekatan menjadi satu keharusan yang menjadi tolok ukur pembeda/differesiasi dibandingkan dengan kompetitor kita. Termasuk juga kecepatan dalam belajar mengenali gejala masalah, melakukan diagnosa hingga mampu menemukan core problem dan berusaha melakukan intervensi untuk menentukan langkah inisiatif yang paling tepat sehingga gap kondisi yang saat ini dengan kondisi yang diharapkan/ideal dapat segera diminimalkan. Kecepatan dalam pembelajaran ini disebut Learning Agility. Secara lengkap dapat didefinisikan Learning Agility sebagai keinginan dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman secara cepat dan fleksibel.

Baca Juga : Membangun Pemimpin Yang Berkarakter

Dalam dunia franchise, kita melihat betapa cepatnya perubahan itu terjadi. Apa yang menjadi star business beberapa saat lalu, ternyata dalam sekejap dapat berubah menjadi sunset business. Apa yang menjadi trend dan pembicaraan crowd customer, dalam waktu sebentar sudah menjadi usang dan berganti dengan yang lain.

Product life cycle menjadi semakin pendek dan semua innovator khususnya entrepreneur dituntut untuk mampu menghasilkan inovasi yang memberikan competitive advantage yang selama mungkin. Imitation terjadi begitu cepat, bahkan kompetitor kita sering mampu menghasilkan produk atau service yang lebih unggul dengan menutupi semua kelemahan kita.

Kita harus sadar bahwa tidak ada yang bersifat abadi, termasuk semua inovasi yang telah kita hasilkan. Maka dari itu pentingnya Learning Agility menjadi suatu crucial issue saat ini.

Sekarang pertanyaannya leader yang memiliki personal agility seperti apa yang mampu bertahan menghadapi dunia yang semakin kompetitif ini? Personal agility menurut Clark (2008) dalam Kasali ( 2014) memiliki 3 dimensi :

  1. Intellectual Agility, yang memiliki ciri ciri sbb : kedalaman dan luasnya pengetahuan yang dimiliki, ketrampilan berpikir analitis dan kritis, kreativitas, rasa ingin mencoba, ketrampilan berinovasi, kesungguhan untuk belajar terus menerus.
  2. Emotional Agility, yang memiliki ciri ciri sbb: berenergi, kuat dan berdaya saing; kemampuan mengendalikan emosi dalam menghadapi ketegangan; adaptabilitas, fleksibilitas, optimisme, keyakinan diri,  self esteem; toleransi dalam menghadapi ketidakpastian, keraguan dan keterkejutan; komitment dan kegigihan meski menghadai kesulitan dan penentangan; disiplin dan kemampuan menunda kenikmatan; motivasi menghadapi tantangan, kemauan bekerja tanpa mengharapkan pengakuan.
  3. Physical Agility, yang memiliki ciri ciri sbb :kapasitas fisik untuk mencapai maksimal; kapasitas fisik untuk bekerja diluar jadwal, daya tahan dan stamina kemampuan berkonsentrasi, toleransi terhadap kegiatan yang membosankan dan hal hal yang terlalu biasa.

Karena personal agility ini adalah kualitas, maka perlu menjadi prasyarat di saat menerima seleksi dan penerimaan karyawan baru agar dapat menjadi calon leader yang membawa perubahan dalam organisasinya. Dunia franchise yang dinamis menuntut personal agility yang tinggi sehingga mampu menjadi dirigen dari orchestra yang mampu menghasilkan nyanyian harmoni yang indah bagi organisasinya. Be a great Leader!

Mirawati Purnama