Adang Wijaya, Sukses Merintis Bisnis Layanan Nitrogen di Indonesia

Green Nitrogen dikenal sebagai pelopor bisnis layanan nitrogen dan tambal ban di jaringan SPBU Pertamina di Indonesia. Pria inilah sosok dibalik sukses Green Nitrogen yang gerainya menjamur di SPBU. Seperti apa kisah suksesnya?

Green Nitrogen pertama kali membuka outletnya di SPBU Harapan Indah Bekasi pada tanggal 19 Mei 2011. Bisnis ini lahir di saat masih rendahnya tingkat kepedulian masyarakat terhadap kondisi ban kendaraan, padahal ban adalah salah satu faktor yang menjamin keselamatan dan kenyamanan berkendara.

Seiring berjalannya waktu, Green Nitrogen pun tumbuh menjadi penguasa pasar di bisnis layanan nitrogen dan tambal ban. Gerainya kini sudah mencapai 700an outlet tersebar di seluruh Indonesia. Green Nitrogen terus melakukan ekspansi pasar.

Menariknya lagi, omzet per outlet Green Nitrogon rata-rata sekitar Rp 10 jutaan dengan elanggan yang datang per bulan sekitar 500 orang per outlet. Kebayang berapa besar keuntungan diraih pemilik bisnis ini bila memiliki 700 outlet.

Sebagian besar semua produk Green Nitrogen yang laku antara lain, Isi Baru Nitrogen untuk Mobil Rp 10 ribu per ban, Isi Baru Nitrogen untuk Motor Rp 5 ribu per ban, Isi Tambah Nitrogen untuk Mobil Rp 5 ribu per ban, Isi Tambah Nitrogen untuk Motor Rp 3 ribu per ban, Tambal Ban Mobil Rp 20 ribu per lubang, Tambal Ban Motor Rp 15 ribu per lubang, dan Layanan Panggilan Darurat Tambal Ban Ekspres Rp 50 ribu per panggilan.

Tak heran jika mitra bisnisnya mampu balik modal dalam jangka waktu 2 tahun. Adalah Adang Wijaya, pria yang sukses mempelopori bisnis layanan isi angina nitrogen ini di Indonesia dengan merek Green Nitrogen.   

Baca juga: Dokter Yang Sukses Berbisnis Kopi

Alasan kuat dirinya mendirikan bisnis ini adalah tantangan memulai bisnis yang belum dimasuki pesaing. “Memulai usaha baru dimana belum pernah ada sebelumnya merupakan tantangan yang saya sukai, apalagi saya saat itu memiliki pengalaman sebagai konsultan manajemen dan bisnis,” ujarnya.

“Sehingga sekaligus menguji kemampuan saya untuk membuktikan bahwa saya tidak hanya pandai memberikan nasihat dan jasa konsultasi manajemen dan bisnis saja, tapi mampu pula membuktikannya. Apalagi latarbelakang pendidikan saya pascasarjana manajemen bisnis, sekaligus menguji atas ilmu manajemen dan bisnis yang pernah saya tempuh di PPM Graduate School of Manajemen di Jakarta,” sambungnya.

Sebagai orang yang memiliki latar belakang pendidikan sekolah pascasarjana manajemen dan bisnis, serta menggeluti usaha sendiri di bidang konsultan teknologi informasi, manajemen, dan bisnis. Ia tak kesulitan untuk memulai bisnis layanan nitrogen.

Apalagi sejak kuliah di Universitas Brawijaya Malang, FMIPA Jurusan Matematika di tahun 1990-1993, ia sudah senang menjalankan bisnis kecil-kecilan dalam pelatihan computer bagi mahasiswa.

Sepulang dari Ibadah Haji pada tahun 2010, Adang semaki kuat tekadnya untuk mencari bisnis alternative selain konsultan manajemen. Dalam pencarian bisnis ia ingin memiliki bisnis yang paling menarik dan diminati masyarakat. “Namun saya berkeinginan bahwa bisnis yang akan saya jalankan haruslah bisnis yang belum dilakukan oleh orang lain,” sekali lagi tandasnya.

Adang mengungkapkan, modal yang dimiliki untuk memlai bisnis Green Nitrogen adalah modal tekad dan kemampuan. Saat itu, ada dua bidadari cantik yang memberikan kepercayaan modal kepada dirinya, yaitu Ibu dan Istrinya.  “Ibu saya memilik tabungan senilai Rp 150 juta yang diniatkan untuk membeli mobil Kijang baru,” katanya waktu itu meyakinkan orang tuanya.

Ia juga tidak kesulitan mencari bahan penunjang bisnis. Menurutnya, bisnis nitrogen mengambil bahan baku sangat mudah dan tersedia di alam bebas, yaitu udara yang ada dialam ini. “Setiap outlet disediakan mesin yang memproduksi nitrogen. Untuk memproduksi nitrogen maka mesin yang dibutuhkan hanya Kompresor dan Nitrogen Generator,” jelasnya.  

“Usaha kami tidak menggunakan tabung nitrogen, karena penggunaan tabung memiliki kelemahan, dimana saat pengisian tidak bisa dilakukan vakum sehingga pengisiannya tidak sempurna,” bebernya.  

Teknologi yang dimmiliki Green Nitrogen, kata Adang, terletak pada kesempurnaan pengisian karena sebelum pengisian di ban, maka ban kendaraan akan melalui proses vakum untuk membuang udara yang ada di dalam ban, dan mengisinya secara otomatis melalui mesin Nitrogen Generator. “Sehingga kami menjamin kemurnian nitrogen hingga 98%,” ujarnya menjelaskan keunggulan bisnisnya.

Karena pelopor layanan nitrogen, maka kendala yang dihadapi Adang adalah mengenalkan kepada pelanggan untuk pertama kalinya. Dimana sebagian besar pelangga tidak paham apa itu nitrogen.

Ia pun memasarkan Green Nitrogen melalui edukasi dan membantu para pelanggan ketika mereka ingin mengisi angin biasa, dan dilakukan edukasi dan pengenalan apa itu nitrogen dan manfaat bagi keselamatan berkendara.

Dituturkan Adang, faktor penghambat bisnis ini relative tak banyak. Hanya kebijakan Pertamina saja, “karena bisnis kami sebagian besar berada di area usaha milik Pertamina, sehingga kita harus taat kepada kebijakan Pertamina yang terkadang tidak sejalan dengan rencana strategis perusahaan,” ungkapnya.

Rencana mendatang Adamg adalah mengembangkan bisnis yang memberikan manfaat bagi sesama ummat dan sekaligus sebagai bagian dari ibadah

Sebelum menggeluti bisnis ini, Adang sudah menggeluti bisnis lainnya. Antara lain tahun 2000 mempelopori usaha warnet, tutup di tahun 2004 karena perkembangan teknologi informasi dan layanan internet semakin mudah dan hemat. Ia juga pada 2002-2004 menjadi Konsultan Teknologi Informasi pada sektor Perbankan, kurang sukses dan kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar

Lalu pada 2004-2008 medirikan Konsultan Reiset Pendidikan dan Bisnis, berkembang dan sukses. Pada 2008-2010 mendirikan Konsultan Manajemen dan Bisnis, melanjutkan sebelumnya di bidang riset, namun lebih fokus kepada manajemen bisnis. Sukses dan berhenti karena ini beralih ke bidang yang lebih praktis. Dan pada 2011 mulai membangun usaha nitrogen hingga sekarang, “alhamdulilla tetap eksis dan sukses,” jelasnya.

Banyak suka duka yang dialami Adang selama menggeluti bisnis ini. “Sukanya ketika bisnis kami dapat diduplikasi atau dijalankan oleh pihak lain dan mereka bisa mendapatkan rezeki atas usaha tersebut. Dukanya ketika mereka menjalankan bisnis yang menduplikasi bisnis saya namun malah mengambil alih lahan usaha yang saya miliki,” ujarnya.

Ada memiliki tips singkat untuk orang yang ingin sukses menekuni dunia usaha. “Tipsnya sederhana, yaitu selalu memuliakan orang tua dan orang lain,” ujar pria yang hobi berolahraga ringan jalan pagi dan traveling ini. (ZR)